Selasa, 15 September 2015

Tips Memilih Clodi ala Mama Sierin

blueberry "clodi legendaris"


George Baby "clodi newborn dek Wafda"


Liner Suede Lipop nyempil di tengah-tengah

Clodi atau cloth diapers adalah salah satu perlengkapan bayi yang very highly recomended untuk disiapkan bagi bunda yang akan memiliki bayi. Selain sangat menghemat uang, lebih dari itu penggunaan clodi jauh lebih aman dan sehat bagi bayi maupun lingkungan hidup. Bayi yang menggunakan pospak (popok sekali pakai) lebih berisiko mengalami ruam popok/ diaper rash dan infeksi saluran kencing (ISK). Hal ini disebabkan oleh kandungan zat kimia di dalam pospak seperti dioxin, pemutih, dan lain sebagainya. Demikian pula dengan tren penggunaan pospak yang terus meningkat, jelas menyebabkan jumlah sampah dunia meningkat. Bisa dibayangkan jika dalam 1 hari bayi menggunakan pospak yang diganti tiap 4 jam (24 jam : 4), maka dalam sehari bayi menyumbang sampah 6 popok. Jika dalam 1 tahun, maka kita mendapatkan angka 6 x 365 = 2.190 pospak yang menjadi sampah. Jika dihitung dengan rupiah, 2.190 pospak x Rp 2.000,00 = Rp 4.380.000,00. Hehehe... ternyata uang belanja pospak banyak betul ya... . Belum tissuenya, kapasnya, dan lain-lain. Dan beberapa anak bahkan menggunakan pospak hingga lebih dari 1 tahun.

Alasan utama saya menggunakan clodi sebenarnya bukan masalah uang, karena ngeluarinnya juga nggak kerasa-kerasa amat. Walaupun syok juga, karena ternyata setelah dihitung-hitung di akhir jatuhnya habis banyak buanget. Coba kalau uangnya buat beli clodi blueberry yang legendaris itu, setahun pake pospak uangnya setara dengan harga 10 blueberry dan bisa diturunkan dari generasi ke generasi... hahaha... .

Untuk memilih clodi yang tepat, bunda perlu membaca review berbagai merk clodi. Usahakan baca review-nya sekomprehensif dan senetral mungkin. Karena beberapa perusahaan clodi sempat mengadakan lomba review clodi, jadi saya agak skeptis kalau membaca review clodi yang terlalu banyak janji-janji syurganya Hehe... . Saya rangkumkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih clodi berdasarkan pengalaman saya. Oya, Saya punya beberapa clodi blueberry, pempem, GG, cluebebe, sobi, ecobum pocket, ecobum pant, carterliebe, george baby, dan smart kids. sebagai berikut.

1.    Cutting
Dalam hal ini, perlu diperhatikan apakah anak bunda tergolong berpaha imut atau gembul. Bayi dengan paha besar kurang cocok dengan Rumparoz, George Baby newborn dan beberapa merk clodi lainnya. Ukuran paha memang baru ketahuan setelah bayi lahir dan kita bisa melihat pola pertumbuhannya, meskipun taksiran berat janin sudah bisa kita perkirakan sejak sebelum lahir. Jadi, untuk menyiasati ini, saya mengoptimalkan persiapan bayi lahir dengan popok tali biasa dan clodi newborn. Sedangkan clodi one size yang bisa diatur S-M-L sampai 18 kg sebagian adalah lungsuran anak pertama dan sebagian saya beli saat anak mulai berumur 1 bulan lebih.

2.    Desain
Saya lebih suka clodi pocket daripada cover, bahkan untuk newborn sekalipun. Clodi pocket menurut saya lebih rapi. Banyak yang merekomendasikan newborn lebih baik menggunakan cover karena frekuensi pup-nya masih sangat sering, bisa dibilang kentut aja keluar pup-nya juga. Jadi, dengan clodi tipe cover, bunda cukup mengganti insert-nya jika kotor. Untuk menyiasati ini saya menggunakan liner fleece keluaran GG (lungsuran anak pertama) di atas permukaan inner clodi  tipe pocket tersebut. Banyak yang bilang juga clodi tipe cover lebih ngirit, karena saat mengganti popok, cover-nya cukup dilap dengan tissue basah dan hanya tinggal mengganti insert. Tapi, menurut saya jorok gimana gitu kalau ganti clodi cuma diganti insert-nya hehehe.. lagipula kalau ganti clodi sekalian ganti motif juga, biar ganti pemandangan dan keliatan fresh lagi. Ini emak-emak suka pemandangan baru namanya.

Beberapa clodi memiliki desain inner leg gusset, double leg gusset, atau tanpa leg gusset sama sekali. Kata produsennya, fungsi  Leg gusset adalah untuk mencegah bocor samping. Clodi yang mempunyai inner leg gusset contohnya GG dan Sobi. Sedangkan yang mempunyai double leg gusset adalah ecobum, NVme. Sedangkan clodi yang tidak memiliki leg gusset sama sekali contohnya blueberry, pempem, carterliebe, george baby, smart kids, cluebebe classic, dan sebagainya. Pengalaman saya inner leg gusset hampir tidak terlalu ngefek dalam mencegah bocor samping maupun memerangkap pup, sedangkan dobel leg gusset kadang bikin pingget paha bayi. Jadi, menurut saya leg gusset ini sebenarnya tidak penting-penting amat. Jika daya serap clodi baik dan memakaikan clodi ke anak pas (tidak kelonggaran), tidak ada leg gusset pun tidak akan bocor samping.

Masih tentang desain, perlu diperhatikan adalah lubang memasukkan insert ke dalam pocket apakah cukup lebar? Semua clodi yang saya punya termasuk mudah memasukkan insert, kecuali ecobum pant (agak sempit lubangnya). Sobi minky yang saya punya adalah keluaran terbaru. Desainnya punya dua bukaan lubang memasaukkan pocket, di depan dan belakang, tapi malah jadi agak repot merapikannya. Yang paling cakep dari yang saya punya adalah desain ecobum pocket, bukaan untuk memasukkan insert-nya di belakang, dan sudah ada flap penutupnya, rapi jali pokoknya.

3.    Velcro atau snap?
Clodi dengan pengatur ukuran perut velcro atau prepet secara umum lebih mudah dipakai, karena sangat fleksibel menyesuaikan dengan ukuran perut bayi. Saking mudahnya dipakai, pengasuh anak saya juga paling mengandalkan clodi velcro saat saya tidak di rumah. Si Mbak ini takut kekencengen atau kelonggaran kalau menggunakan snap. Velcro juga relatif tidak berisik, sehingga untuk penggantian di malam hari kecil kemungkinan membangunkan bayi yang sedang tidur. Berbeda dengan snap/ kancing yang kadang kesempitan atau kelonggaran jika harus dipakai secara simetris. Namun demikian, velcro juga memiliki kekurangan, di antaranya untuk anak aktif dan suka mengekslporasi tubuhnya kadang velcro ini mudah dilepas. Kekurangan lainnya, beberapa velcro mudah aus sehingga daya rekatnya kurang kuat, contoh yang populer untuk kasus ini adalah pempem. Tapi pempem velcro yang saya punya sejauh ini masih baik-baik saja dan saya sampai punya 5 clodi pempem, 4 di antaranya berjenis velcro. Beberapa merk clodi menggunakan PUL yang sangat lentur sehingga velcro yang kaku kadang “mengalahkan” PUL (PUL di bagian atas velcro terlipat ke bawah) sehingga tepian velcro sering menggesek perut bayi dan memyebabkan kemerahan. Kasus ini sering saya alami pada velcro GG pocket. Velcro juga sering tersangkut pada bagian clodi lain meskipun sudah ditempelkan pada laundry tab sehingga menyebabkan inner atau insert cepet “mbrudul.” Secara umum, jujur saya teteup lebih suka velcro walau katanya punya banyak kekurangan dan kurang awet jika dibanding snap. Velcro menurut saya lebih user friendly dan nyaman di bayi karena fleksibel dengan ukuran perut dan pinggang bayi yang terus tumbuh.

4.    Inner
Ada 4 macam inner yang populer digunakan produsen clodi, yaitu fleece, katun/ cotton, bamboo/ bamboo charcoal, dan suede. Hampir semuanya mengklaim inner-nya adalah yang paling cepat meneruskan air dan paling stay dry kecuali katun. Tapi, kalau boleh jujur saya yang biasa memakaikan pospak pada anak pertama saya di awal agak syok karena inner ini tidak terlalu kering, agak-gak lembab basah gitu dibandingkan pospak. Saya khawatir banget anak saya kena diaper rash meskipun sudah memamakai clodi. Jadilah saya melakukan observasi dan trial n error. Hingga akhirnya saya menemukan kesimpulan bahwa inner dengan bahan suede adalah yang paling stay dry di antara semua jenis bahan inner clodi. Jadi, saya pun menambahkan liner suede di atas semua inner clodi yang tidak berbahan suede.

5.    Liner
Liner adalah selapis bahan tipis yang diletakkan di atas inner atau di atas insert jika menggunakan diaper cover. Fungsinya adalah menjaga permukaan tetap kering dan memerangkap pup agar tidak terlalu mengotori bahan-bahan di bawahnya. Tau sendiri kan, bayi-bayi ASI yang belum kenal MPASI pup-nya cair dan susah dicuci. Tapi sekarang gampang ding nyucinya, kan ada ecowash dan ecospot stik penghilang noda  (kapan-kapan deh review ecowash, insyaAllah). Liner ada yang dijual disposable/ sekali pakai ada juga yang washable seperti clodi-clodi pada umumnya. Karena maunya go green, mari kita pilih yang bisa dicuci pakai kembali.

Seperti halnya inner, liner terbuat dari bahan fleece, bamboo/ bamboo charchoal, atau suede. Karena saya suka yang paling stay dry saya pun memilih liner suede merk Lipop. Jika bunda lebih menyukai bahan fleece, liner  GG bisa dipertimbangkan karena bahannya relatif lebih tipis dibandingkan yang lainnya. Ada liner berbentuk mushrom yang melebar di bagian belakang, seperti keluaran nathabam, tapi saya belum pernah mencoba jadi belum bisa memberikan rekomendasi. Udah terlanjur cinta sama Lipop soalnya, hehe.. Saya beli sampai 1,5 lusin.

6.    Insert
Insert ada macam-macam jenis dan bahannya. Ada yang desainnya berbentuk mushroom seperti keluaran Nvme, ada juga yang lurus-lurus aja seperti clodi pada umumnya. Ada yang dijahit sekaligus sehingga berlapis-lapis ketebalannya, ada juga yang dijahit memanjang dan sesuka kita melipat sesuai ukuran yang kita inginkan. Saya suka banget dengan insert blueberry dan ecobum yang dijahit memanjang. Mudah menyesuaikan ukuran dan mengeringkannya pun relatif cepat. Karena, insert dengan daya tampung yang oke seringkali lama dikeringkan. Ada juga insert combo atau kombinasi beberapa bahan, contohnya insert litty keluaran Pempem, combo microfiber-hemp keluaran ecobum, dan combo eucalyptus keluaran cluebebe.

Insert yang terbuat dari bahan sintetis seperti microfiber lebih cepat dikeringkan, tapi kelemahannya lebih mudah bau pesing meskipun belum penuh. Apalagi insert yang sudah ter;alu banyak residu dan perlu di-stripping. Insert microfiber GG punya adek yang lungsuran dari kakaknya ini ampun-ampun deh baunya kalau udah kena pipis meskipun baru 1 jam pemakaian. Insert GG ini pernah di-stripping juga dengan air panas, tapi performanya belum pulih sempurna. Kapan-kapan saya coba stripping pake RLR deh... . Oya, Insert microfiber ini juga memiliki daya tampung yang dengan kapasitas yang lebih kecil dibandingkan insert bamboo/ hemp.

Bunda juga bisa berkreasi memodifikasi insert. Misalnya jika terlalu tipis bisa di-double. Tukar-menukar insert antar merk clodi juga boleh banget. Kalau insert pempem atau GG habis, sering saya pakaikan insert sobi, demikian sebaliknya. Insert litty keluaran pempem juga saya modif, saya potong dan obras ulang tepinya di tukang permak sesuai kebutuhan supaya mudah dobelinnya sesuai ukuran ketebalan yang kita harapkan.

The last, berapa jumlah clodi yang bunda perlukan? Kebanyakan mengatakan 10 clodi cukuplah, asalkan rajin nyuci setiap hari dan pengeringannya optimal. Untuk anak saya yang pipisnya banyak dan sering, setiap 2 jam harus sudah ganti clodi. Jadi, saya menyiapkan lebih dari 10 clodi dan akhirnya terus bertambah hingga mendekati angka 20 dan mungkin akan terus bertambah karena tergoda-tergoda dengan paket-paket hemat dan motif yang lucu-lucu, juga sebagian dapat dari kado. Pada prinsipnya, yang diperlukan dalam jumlah banyak, terutama saat musim hujan adalah insert. Beberapa clodi dalam satu paketnya sudah berisi 2 insert sekaligus. Dan insert maupun cover/ pocket seringkali juga bisa dibelu terpisah. Jadi, bisa nambah belakangan kalau dirasa kurang.

Kesimpulannya, banyak baca-baca review sebelum membeli clodi akan sangat membantu bunda memilih jenis clodi dan pernak-perniknya dengan lebih tepat.

Sekian dulu tips memilih clodi dari saya. Semoga bermanfaat.

Rabu, 09 September 2015

Review Pigeon Manual Breastpump: Beralih dari Marmet Method


Setelah sebelumnya saya membahas Breastpump (BP) secara umum di sini bersama beberapa peralatan tempur sukses asi lainnya,  kali ini saya akan memenuhi hutang me-review masing-masing merk BP tersebut. BP Piegon manual ini adalah yang pertama kali saya punya. The first impression-nya bikin happy pumping banget setelah sebelumnya saya belajar memerah dengan tangan. Waktu itu saya harus memerah sejak baby Sierin belum berumur 1 minggu karena saya harus menjalani kuret et causa retensio sisa plasenta kira-kira sewaktu anak saya umur 5 hari.

Well, meskipun memerah dengan tangan highly recomended buat para mama perah tapi jujur saya kesulitan mendapatkan hasil yang optimal. Bukan metodenya yang salah, mungkin saya yang salah menerapkan tekniknya, karena sebagian bunda ternyata lancar jaya memerah dengan tangan. Berbeda dengan saya yang selama 30 menit hanya mendapatkan 30-an cc itupun dengan punggung pegel karena harus membungkuk banget supaya mengikuti arah gravitasi dan asi tidak belepotan. Meskipun ternyata di kemudian hari, saya baca medela juga mengeluarkan semacam funnel untuk memudahkan bunda yang memerah dengan tangan.

Papa Sierin tidak tega melihat saya kerepotan marmet. Akhirnya dibelikanlah saya BP terkeren yang ada di toko Wijaya Dumai, yaitu Pigeon Manual Breastpump. Waktu itu akhir tahun 2012, BP ini kami beli seharga Rp 450.000,00. Mahal memang sebenarnya. Tapi begitulah harga-harga barang di daerah pinggiran seperti Dumai (Prov. Riau) tempat saya tinggal waktu itu. Dan waktu itu saya belum kenal dengan banyak toko online yang menjual dengan harga yang jauuuuuh lebih miring. Tapi, berhubung sudah jatuh cinta jadi mahal pun ndak  nyesel karena fungsinya yang top markotop.

Di kardus pembungkusnya tertulis “PREMIUM”, yang artinya menjanjikan kualitas yang bagus dengan slogan Soft, Gentle, dan Comfortable. Dan saya merasakan, betul banget apa yang ditulis pabriknya. BP ini mempunyai fitur sebagai berikut(Sumber: asibayi.com).
  • Material alat menggunakan Polypropylene (PP) yang aman bagi bayi, BPA Free dengan kode plastik 5.
  • Ritme pemompaan meniru bayi ketika menyusu ke Ibu (Baby’s “suck-release” cycle).
  • Pegangan tuas ergonomis dan tidak berisik. Seringkali bisa pumping cukup menggunakan 1 tangan.
  • Kekuatan hisap cukup besar sampai dengan 250mmHg.
Dalam satu set paket BP Manual Pigeon, bunda akan mendapatkan:
-       2 buah valve,
-       1 diafragma,
-       1 breastshield/ bantalan corong terbuat dari silikon lembut,
-       1 tuas,
-       1 corong,
-       1 botol standar 150 cc dan tutup botol lengkap dengan dotnya,
-       1 konektor untuk menyambungkan BP ke botol wideneck,
-       1 cover yang bisa difungsikan sebagai alas botol,
-       1 CD berisi petunjuk/ manual penggunaan dan perawatan, serta
-       disposable breastpad Pigeon

Lengkap banget kan? Dengan pencucian yang baik dan hati-hati, seluruh sparepart ini bisa awet sampe 2 tahun bahkan lebih sampai ke adik-adiknya. Kalaupun rusak, banyak toko offline dan online yang sudah menyediakan sparepart-nya. Bagian yang paling sering rusak adalah valve (biasanya karena kekurang hati-hatian dalam pencucian) dan diafragma (karena kerja berat naik turun menghisap, hehehe).

Okey, secara keseluruhan review plus dan minusnya adalah sebagai berikut.

KELEBIHAN:
  • Lembut, nyaman di payudara karena ada bantalan silikonnya, sehingga bisa merangsang LDR (let down reflex) berkali-kali
  • Tersedia sparepart yang cukup mudah dijangkau secara online maupun offline
  • Tidak berisik banget, fyi kalau payudara sudah mulai kosong banyak angin yang masuk jadi bikin bunyi-bunyi lucu kayak kentut (ups..)
  • Relatif tidak pernah belepotan dibanding BP manual lain yang saya punya  
KEKURANGAN
  • Di awal saya punya BP ini, yang menyediakan sparepart-nya masih sedikit dan susah dicari
  • Bagi saya dan suami yang saat itu baru banget berkeluarga dan merintis perekonomian keluarga yang mandiri dari orangtua (hahaha...) BP ini tergolong mahal
  • Part-nya banyak banget yang harus dipasang, saya sering kelewatan ada yang belum dipasang/ ketinggalan saat mau pumping atau saat harus membawa alat ini ke kantor, dan tentunya yang harus dicuci juga banyak dan kecil-kecil, tidak seperti mini elektrik medela yang hanya 4 part sudah beres
  • Warnanya menurut saya agak membosankan kurang fresh dilihat. Kan kalau mau pumping perlu yang sedep-sedep seger biar semangat. Tentang warna selera sich, kalau yang suka warna pastel dan kalem ya cocok cocok aja. Di body-nya hanya ada paduan bening, putih, dan sedikit warna ungu di tuasnya.
  • Corongnya lurus tidak seperti avent yang mendongak ke atas, jadi masih harus tetap sedikit membungkuk supaya ASI bisa masuk sempurna ke botol. Masalah ini bisa disiasati dengan menambahkan bantal di punggung bawah, supaya nggak terlalu pegel.
Dibandingkan dengan BP manual lain yang saya punya, pigeon ini bagi saya masih jadi the king of manual BP. Saya punya juga BP Unimom Mezo dan IQ Baby yang harganya murce merice. Biasa, emak-emak emang selalu mudah tergoda dengan barang-barang yang harganya miring dan penampakannya cakeup.  Beberapa teman saya yang menggunakan BP Chicco Manual juga akhirnya beralih memilih Si Burung Dara Jepang ini. Selain harganya lebih murah dibanding chicco, menggunakannya pun lebih nyaman. InsyaAllah saya review merk-merk tsb di waktu yang lain. 

BP Pigeon manual ini cocok untuk bunda yang baru belajar pumping dan ingin mengosongkan payudara secara maksimal dengan BP manual. Dan yang perlu diingat adalah, setiap ibu unik. Jadi BP yang cocok pada saya belum tentu cocok untuk bunda yang lain. Meskipun demikian, BP manual pigeon ini termasuk yang sangat direkomendasikan.

Rabu, 02 September 2015

Peralatan Tempur Sukses ASI #Part 2

sumber gambar: asistoterjogja.com

Sambungan dari pembahasan sebelumnya, di mana kita sudah selesai membahas kulkas, breastpump, dan penyimpanan ASI. Kali ini saya tuliskan pengalaman saya tentang beberapa kebutuhan peralatan sukses ASI yang saya pakai lainnya.

8. Sterilizer & Warmer
Jika bunda berada di daerah dengan kualitas air yang baik, mungkin alat ini tidak terlalu diperlukan. Bunda busa menyeteril peralatan ASIP dengan merebus. Namun, jika air di daerah bunda mudah menimbulkan kerak, sebaiknya bunda menggunakan alat penyeteril listrik. Sterilizer dan warmer ini biasanya bekerja dengan prinsip steaming, jadi seperti mengukus atau menggunakan uap air yang sangat panas.

Kapasitas alat ini juga bervariasi, ada yang hanya muat 1 botol, 2 botol, bahkan 8 botol. Dan saya punya ketiganya, ini pun kadang masih kurang hehehe... . Ketiga alat yang saya punya tersebut merk CROWN. Harganya relatif murah dibanding tommee tippe, philips, pigeon dan sebagainya. Walaupun lebih murah, dari sisi keawetan tetap bisa diandalkan.

Saya menggunakan aqua/ air meneral kemasan untuk menyeteril. Harapannya untuk meminimalisasi kerak yang timbul pada lempeng pemanas selama poses sterilisasi/ penghangatan. Nah, jika pemanas sudah berkerak bunda bisa menggunakan asam sitrat yang dilarutkan dengan air panas dan merendam semalaman sambil digosok-gosok perlahan dengan sabut cuci piring. Asam sitrat murah meriah bisa dibeli di toko kelontong atau di toko bayi terdekat.

9. Pembersih Botol
Ada banyak model sikat pembersih botol. Saya paling suka sikat pembersih botol keluaran pigeon, sikatnya lembut dan gagangnya bisa muter sendiri. Tapi, yang terpenting dari sikat botol adalah bisa masuk ke mulut botol terutama botol ex UC. Untuk botol ex UC saya menggunakan siakt keluaran JENNY, agak kasar memang, tapi ini satu-satunya sikat botol yang saya temukan bisa masuk ke botol ex UC. Sikat ini saya beli di olshop. Bunda perlu sediakan juga beberapa sikat kecil untuk membersihkan nipple, atau bagian-bagian kecil dari breastpump dan peralatan ASIP lainnya. Pengalaman saya, sikat kecil ini cepet sekali rusak dibandingkan sikat-sikat botol yang lebih besar, jadi saya nyetok beberapa sikat sikat kecil di rumah. Sikat kecil tersebut ada yang keluaran pigeon dan beberapa yang lainnya saya lupa merknya apa tapi memiliki ukuran yang lebih kecil dari pigeon, jadi lebih bisa menjangkau daerah-daerah yang kecil dan sempit.

Sabun pembersih botol, saya pilih merk PURE yang bebas SLS (Sodium Lauryl Sulfate) dan food grade. SLS adalah bahan pembentuk busa yang biasa ditambahkan pada produk-produk pembersih. Yang pernah saya baca, pada kadar tertentu SLS bisa menyebabkan gangguan pada kulit dan jaringan-jaringan di dalamnya seperti iritasi kulit, sariawan, iritasi mukosa saluran pencernaan, kerontokan rambut dan sebagainya. Selain bebas SLS, Pure pembersih botol ini mudah sekali dibilas dan tidak meninggalkan bau khas wangi sabun yang menyengat pada botol, jadi sangat user friendly kalau pake bahasa teknologi, hehehe... .

9. Breastpad
Saya pernah mencicipi menggunakan breastpad keluaran Pigeon yang sekali pakai alias disposableBreastpad ini saya dapatkan sepaket dengan breastpump manual Pigeon yang saya beli. Nyaman banget makenya, ndak mikir nyuci pula. Tapi kalau sampai berlanjut terus, dihitung-hitung ya mahal jatuhnya. Akhirnya saya memutuskan membeli breastpad  keluaran GG (merk yang sama dengan clodinya anak-anak) yang washable supaya go green dan tentunya lebih ngirit. Cantik-cantik warnanya, hehehe. Nggak tanggung-tanggung, saya beli langsung 4 kantong di mana 1 kantong berisi 3 pasang breastpad. Cukup nyaman dipakai, recomended lah untuk mengurangi ketidaknyamanan karena kebocoran ASI terutama di bulan-bulan pertama bayi baru lahir. Breastpad ini masih bisa saya pakai sampai anak kedua, bahkan masih tetap baik kondisinya jika nanti dipakai saat menyusui anak ketiga dan seterusnya (semoga :D ).

10. Media Pemberian ASI
Ada banyak metode pemberian ASI, dari yang paling umum seperti dot, cupfeedersoftcup, spuit, sendok, gelas, botol sendok, dan sebagainya. Para pakar menganjurkan untuk tidak menggunakan dot sebagai media pemberian ASI karena dapat menimbulkan bingung puting, berisiko menimbulkan infeksi telinga tengah, dan beberapa efek samping lainnya. Namun demikian, segala keputusan ada di tangan bunda dan panda untuk memilih metode pemberian ASIP yang paling tepat untuk buah hati, dan tentunya menyesuaikan dengan kondisi buah hati.

Saya memilih menggunakan dot baik untuk anak pertama maupun kedua. IMHO, secara alami bayi memang “membutuhkan” ngenyut sebagaimana ketika ia minum langsung dari payudara ibunya. Ada efek menenangkan ketika bayi melakukan aktivitas ini, jadi bagi kami ngedot masih menjadi pilihan utama karena faktor kenyamanan anak dan tentunya tidak merepotkan yang momong. Sebuah sumber menyebutkan bahwa setelah anak mencapai periode mantap menyusu, yaitu sekitar 4 minggu maka tidak mengapa anak menggunakan dot. Hanya saja, bunda tetap waspada manakala anak menunjukkan tanda-tanda bingung puting dan sebagainya. Bunda juga perlu mengatur strategi agar kelak anak tidak ketergantungan dot sampai besar. Anak saya yang pertama hanya mau ngedot sampai umur 4 bulan, selanjutnya sedotan, sendok, dan gelas menjadi media utama. Alhamdulillah, saya tidak perlu repot-repot melakukan penyapihan dengan dot.

Saya menggunakan botol dot yang tidak terlalu mahal, yang peting BPA free. Andalan saya masih Pigeon standardneck dan wideneck dengan peristaltic teat dan peristaltic plus. Belakangan saya juga menggunakan botol kaca RBS yang bisa langsung dihubungkan dengan teat (dot) ukuran standar untuk mengurangi lemak ASIP yan terbuang. Sebenarnya saya juga mupeng banget nyobain angled bottle-nya Playtex Ventaire atau botolnya Innosese keluaran Mothercare, reviewnya bagus-bagus tapi muahalll. Saya kurang berpengalaman menggunakan cupfeeder ataupun softcup, jadi tidak bisa memberikan rekomendasai di sini.

Sekian dulu tulisan saya tentang peralatan tempur bagi para pejuang ASI. Semoga bermanfaat dan semoga sukses ASIX dan ASI sampai 2 tahun.

Peralatan Tempur Sukses ASI #Part 1



Untuk bisa sukses memberikan ASI selama 2 tahun atau mungkin lebih (bila bunda menghendaki), selain mempelajari teknik bunda juga perlu mempersiapkan peralatan dan beberapa bahan habis pakai. Beberapa di antaranya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jadi, kalau bunda sebagai menteri keuangan keluarga bersiap-siaplah menganggarkan beberapa hal yang diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi bunda. Namun, besarnya biaya yang dikeluarkan jauh tidak sebanding dengan kebahagiaan kita karena memperjuangkan yang terbaik untuk buah hati kesayangan.

Saya memberikan ASI secara langsung dan tidak langsung kepada anak-anak saya. beberapa perlengkapan yang dipakai anak kedua saya adalah "lungsuran" dari kakaknya. So, tidak ada salahnya jika bunda membeli perlengkapan dengan kualitas yang baik meskipun mahal di awal, karena bisa diturunkan dari generasi ke generasi dan jatuhnya jauh lebih murah.

Berdasarkan pengalaman saya, berikut alat-alat yang saya siapkan dan beberapa tips untuk menunjang kesuksesan pemberian ASI.

1. Kulkas
Sebaiknya Bunda menggunakan kulkas dua pintu supaya tidak perlu repot men-defrost sebulan sekali. Dulu, saya sempat menggunakan kulkas 1 pintu, jadilah tiap bulan saya harus mengungsikan ASIP ke kulkas tetangga ketika bunga es sudah menggunung dan harus di-defrost. Selain itu, ASIP lebih tidak terpengaruh suhu luar dan lebih awet jika disimpan di kulkas 2 pintu. Ada banyak merk dan ukuran kulkas dua pintu. Memilih kulkas yang besar lebih baik daripada kekecilan. Beberapa teman saya dan saya sendiri sempat berhenti pumping karna kulkas penuh. Dan tentunya hal ini akan menurunkan produksi ASI yang sifatnya suply by demand. Beberapa ibu juga memilih menyewa freezer khusus ASI supaya ASIP muat lebih banyak dan tentunya jauh lebih awet hingga 1 tahunan. Silakan googling untuk mencari persewaan freezer ASI terdekat.

2. Breastpump (BP)
Alat ini dipilih jika Bunda tidak bisa memerah dengan tangan. Para konselor laktasi mengatakan bahwa memerah dengan tangan lebih dianjurkan karna selain tidak ribet dan tergantung pada alat, konon kabarnya juga bisa mengosongkan payudara lebih maksimal. Kalau saya sich... nggak bisa tuh merah pake tangan hehehe... Sudah belepotan, capek, punggung pegel, udah gitu 30 menit merah cuma dapat 30-60 cc. Jadi, apa boleh buat Papa Sierin membelikan BP Pigeon Manual dan... tarraaa... saya surprise waktu itu menyaksikan kecanggihan teknologi ini, 120 cc hanya sekejap mata (lebay mode on). Saya sempat juga membeli BP Unimom Mezo (manual), BP IQ Baby (manual), dan dapat kado BP Minielektrik Medela. InsyaAllah saya review di lain waktu tentang BP-BP yang saya punya.

Ada banyak model BP yang dijual di pasaran dengan harga yang bervariasi. Yang terpenting dari fitur yang ditawarkan sebuah BP adalah memiliki model yang tersambung langsung ke botol penampung ASI serta terbuat dari bahan-bahan yang BPA free. BP model jaman dulu yang bentuknya mirip terompet penjual es keliling itu sudah tidak dianjurkan, karena karet merah BP ini tidak dapat disteril. Selain itu, ASI juga tidak langsung tertampung ke botol sehingga berisiko belepotan dan kurang higienis. Kata ibu-ibu jaman dulu, memakai BP ini juga tidak nyaman.

Karena harga BP keluaran terbaru kebanyakan tidak murah, kecuali BP manual IQ Baby yang murce merice. BP juga sifatnya cocok-cocokan. Jadi, jika cocok pada seorang bunda belum tentu bunda yang lain cocok. Oleh karena itu, jika bunda ingin trial kecocokan BP terutama BP elektrik yang harganya muahaaallll (kebanyakn di atas 1 juta), bisa coba menyewa BP di persewaan peralatan bayi terdekat (googling aja ya..).

Saya sendiri mengkombinasikan BP manual dan elektrik. Sesekali pakai manual, sesekali pakai elektrik. Selain faktor kenyamanan, juga supaya ndak ngos-ngosan banget nyuci dan nyeteril BP. Saya biasa pumping 3-4 kali dalam sehari, bisa dibayangkan rempongnya mengurusi 1 BP berkali-kali di sela-sela kesibukan mengurus dua balita dan bekerja. BP manual dengan silikon menurut saya nyaman digunakan terutama saat payudara tidak terlalu penuh. Kadang  BP manual juga terasa bisa lebih mengosongkan payudara. Sedangkan BP elektrik, saya pakai jika di kantor/ dalam kondisi buru-buru, dini hari saat masih ngantuk-ngantuknya, atau malam hari menjelang tidur kala badan sudah lelah, mata hendak terpejam, dan tulang terasa remuk redam (#alay :) ).

3. Botol Kaca
Ada beberapa jenis botol kaca. Ada botol kaca tutup karet ukuran 50 cc dan 100 cc. Ini pun ada yang baru atau rekondisi (biasanya bekas obat). Baru atau bekas tidak masalah (saya sich pilih yang bekas, lebih murah euy..), yang perlu diperhatikan adalah kondisi tutup karetnya yang harus baru. Jadi, bunda perlu teliti dengan mengecek ada tidaknya lubang bekas tusukan jarum suntik dengan sedikit menekuk-nekuk tutup karet tersebut. Ada juga botol kaca tutup karet yang bermerk, seperti BKA. Botol kaca tutup karet lebih mudah dicuci karena mulutnya cukup lebar, bentuknya pun ramping sehingga hemat space kulkas, dan umumnya bayi minum 100 cc sekali minum sesuai ukuran botol. Kekurangan botol kaca tutup karet menurut saya cuma dua, pertama... kalau mengisi asinya agak kebanyakan melewati batas garis di kaca, tutup karetnya suka lepas sendiri di dalam freezer. So, bunda perlu sidak tutup-tutup botol karet ini di freezer sesekali waktu ya.. Kedua, beberapa bahan karet tidak boleh disteril, namun cukup direndam air panas beberapa menit.

Jenis lain adalah, ex UC. Iya, bekas botol UC 1000 itu lhoo.. suplemen vitamin C yang iklannya dibintangi miss universe. Bunda bisa beli di olshop terdekat, atau ngumpulin sendiri. Botol ini muat hingga 130 cc dan tidak ada cerita tutup loncat-loncat di freezer. Namun, body-nya agak lebih gendut dan mulutnya kecil, jadi harus cari sikat botol yang bisa masuk atau pakai sikat gigi. Kacanya relatif lebih tipis dan rawan pecah bila diisi ASIP terlalu banyak, mengingat ASIP yang beku akan memuai. Alhamdulillah saya belum pernah mengalami hal ini.

Oya, baik tutup karet maupun tutup ex UC bunda juga bisa beli terpisah di olshop. Maksudnya tidak harus beli sepaket dengan botolnya. Beberapa tutup karet saya yg ternyata ada bekas tusukan jarumnya akhirnya saya gantikan dengan beli tutup yang baru. Harga tutup ini murce kok.. lebih murah dari harga kangkung 1 ikat.

Lalu, kalau ditanya berapa jumlah yang diperlukan? Kalau bunda rajin pumping, 100 botol mungkin akan kurang. Saya beli bertahap 30 botol dulu lalu nambah lagi dan nambah lagi sesuai kebutuhan. Saya juga menggunakan baik botol tutup karet maupun ex UC, disesuaikan dengan hasil perahan atau volume setiap kali minum ASIP. Harga botol kaca juga sangat terjangkau.

4. Botol Plastik
Ada beberapa merk botol plastik untuk menyimpan ASIP yang free BPA. Saya pakai merk Little Baby. Dulu saya terpaksa beli karena tidak ada yang jual botol kaca. Waktu itu saya masih di Dumai, jadi dokter internship dan saat itu saya belum gaul dengan banyak olshop yang menjual perlengkapan ibu dan bayi. Kelebihan botol plastik adalah lebih awet,  kalau jatuh tidak pecah seperti botol kaca. Kelemahannya, sifat plastik ini lipofilik. Lemak ASI suka nempel kuat-kuat.. jadi sayang banget kalau tidak maksimal terminumkan ke bayi. Lemak ASI ini juga kadang bandel, dicuci ndak bersih-bersih dan harus berulangkali menyabun dan bilas. Kelemahan lainnya adalah, lebih mahal. Harga 3 botol saat di Dumai yang jauh dari kota besar saat itu adalah sekitar Rp 60.000,00. Bayangkan, kalau beli botol kaca sudah bisa banyak banget dapatnya... .

5. Kantong Plastik Khusus ASI
Enaknya pake kantong plastik ini adalah ringan banget untuk dibawa bepergian dan disposable, sekali pake langsung buang kagak pake rempong nyuci nyeteril. Tapi, jelas dihitung-hitung jatuhnya lebih mahal. Kelemahan kantong plastik sama dengan botol plastik, di mana lemak ASI suka nempel. Minus kantong plastik yang lain yang lainnya, ASIP jadi lebih mudah mencair (kelemahan yang bisa jadi kelebihan), dan kadang-kadang bocor. Jadi, kalau mencairkan ASIP yang disimpan dengan kantong plastik sebaiknya diletakkan di wadah untuk mengantisipasi kebocoran. Beberapa merk yang pernah saya pake: Natur (muat 150 cc tapi kadang saya isi sampai 250 cc hehehe...), Little Giant (muat 210 cc), Gabag (muat 180 cc). Gabag dan Little Giant ini bisa berdiri dengan kokoh sesuai desainnya, tapi tidak bisa ditambah-tambah volumenya seperti Natur. Plastik Natur bisa disimpan secara laying down, bisa ditumpuk ke atas dan hemat tempat tapi kurang kokoh jika disimpan dalam posisi berdiri (suka mleyat mleyot).

6. Cooler Bag dan atau Cool Box
Cooler bag yang saya punya ada 2 macam. Pertama, model “2 in 1 blue sling bag” keluaran GABAG dengan kapasitas sekitar 8 botol kaca. Ini biasa saya pakai untuk sehari-hari ke kantor atau ketika bepergian yang tidak lebih dari 1 hari. Simpel, ada 2 anakan depan dengan bagian penyimpanan ASIP yang cukup tinggi. Icegel/ icepack, BP, botol-botol, dan mesin BP elektrik bisa masuk semua. Cooler bag yang kedua, yang sebenarnya adalah yang pertama kali saya model dual compartement tote motif “aberdeen navy” merk IGLOO yang muat 24 botol, dan seringnya saya isi sampai 30 botol lebih plus ice gel-nya. Cakeup deh cooler bag saya yang satu ini.. hehehe. Cooler bag dengan kapasitas yang lebih besar ini biasanya saya pakai saat mudik dan sekarang dipakai untuk transportasi ASIP untuk anak susuan saya. FYI, saya juga mendonorkan ASIP untuk anak teman saya karena satu dan lain hal.

Selain cooler bag, pilihan lain untuk transportasi ASIP adalah cool box atau yang kita kenal dengan termos es. Ada berbagai merk cool box. Cool box memang tidak se-trendy cooler bag dan modelnya pun statis/ kaku, namun punya kelebihan lebih kokoh dan dapat mempertahankan ASIP beku lebih lama.

7. Ice Gel atau Ice Pack
Dua benda ini berfungsi sebagai pengganti es batu bahkan memiliki kemampuan menjaga dingin atau menghangatkan dengan lebih baik. Jika mau digunakan untuk menjaga dingin, caranya adalah dengan menyimpan ice gel/ pack di freezer sampai beku. Sebaliknya, jika ingin digunakan untuk menjaga kehangatan, rendam atau rebus sebentar ice gel/ pack lalu simpan di cooler bag/ lunch box. Selain sebagai perlengkapan ASIP, benda ini juga bisa dipakai untuk kompres baik hangat maupun dingin sesuai kebutuhan.

Jika ice gel lunak, ice pack memiliki cover yang lebih keras atau kaku. Oleh karenanya ice pack lebih awet daripada ice gel karena lebih kecil risiko kebocoran. FYI, ice pack saya sering jatuh dari kulkas dan biasanya jadi bocor. Akan ketahuan bocor jika ice gel dalam keadaan tidak beku.

Biasanya jika membeli cooler bag baik di toko bayi maupun olshop, kita juga akan mendapatkan sekaligus ice gel atau ice pack, tergantung paketannya. Sebaiknya bunda tetap menambah membeli baik ice gel maupun ice pack, khususnya untuk jaga-jaga bila kulkas di rumah mati. Semakin banyak ice gel/ ice pack di freezer atau di cooler box tentu pertahanan dinginnya akan makin baik dan lama. Makin jauh/ lama perjalanan tentu bunda membutuhkan ice yang lebih banyak.

Bersambung ya.. monggo dilanjut di sini.